Rabu, 31 Oktober 2018

DONGENG - KISAH SI KELINGIKING

Kisah Si kelingking Kelingking adalah pemuda bertubuh mungil. Ukuran tubuhnya hanya seukuran jari kelingking orang dewasa. Meski demikian, Kelingking adalah pemuda yang cerdas dan pemberani. Bahkan kepada Nenek Gergasi pun ia tak takut. Nenek Gergasi adalah nenek raksasa yang suka makan daging manusia. Ia sudah membunuh banyak orang. Raja tak mampu mengatasinya. Setiap kali Raja mengirim pasukan untuk menangkap Nenek Gergasi, prajurit-prajuritnya malah habis disantap oleh Nenek Gergasi. Semua penduduk desa mengungsi, kecuali Kelingking. Ia bersembunyi di antara ranting pepohonan. Saat ia asyik bersantai, tiba-tiba Bumi bergetar. "Wah, itu pasti Iangkah kaki Nenek Gergasi," kata Kelingking sambil bersiap. Mata Kelingking mengawasi sekitarnya. Saat itulah tampak sosok Nenek Gergasi yang besar dan menyeramkan. Melihat suasana dusun yang sepi, Nenek Gergasi berteriak-teriak. "Hai para manusia, ayo keluar dari tempat persembunyian kalian! Aku sudah lapar sekali!" Beberapa kali ia berteriak, namun suasana tetap sepi. Tiba-tiba, terdengar suara "Ha... ha... ha... akhirnya kau muncul juga nenek jelek.” Nenek Gergasi terkejut. Ia mengawasi sekitarnya."Siapa yang bersuara itu?" "Nenek Gergasi... penduduk hutan ini sudah habis aku santap. Sekarang tiba giliranmu. Hmm... air liurku sudah menetes, ayo kemarilah" kata suara itu lagi. Meski berbadan besar, ternyata Nenek Gergasi takut juga mendengar ancaman itu. Ia pikir, suara itu milik raksasa yang Iebih besar darinya. Ia lalu lari tunggang-Ianggang sambil terus menoleh ke belakang. Ia takut kalau ada yang mengejarnya. Karena terus menengok ke belakang, ia tak tahu kalau di depannya ada jurang yang dalam. "Arrgghh... tolongg...." teriak Nenek Gergasi. Ia jatuh ke dalam jurang dan mati seketika. Kelingking keluar dari persembunyiannya. Rupanya Kelingking yang menakut-nakuti Nenek Gergasi. Kelingking berjalan mendekati jurang untuk memastikan Nenek Gergasi sudah mati. Lalu ia mengabarkan kematian Nenek Gergasi pada penduduk desa di pengungsian. Semula mereka tak percaya, namun setelah Kelingking menunjukkan buktinya, mereka mengelu-elukan Kelingking. Berita kematian Nenek Gergasi pun sampai ke telinga Raja. Ia lalu memerintahkan prajuritnya untuk menjemput Kelingking dan ibunya. "Kelingking, aku salut kepadamu. Meskipun badanmu hanya sebesar keIingking, namun keberanianmu sungguh luar biasa," kata Raja pada KeIingking. "Ampun Tuanku. Hamba hanya ingin membebaskan para penduduk dari ketakutan," jawab Kelingking. "Atas jasamu, aku mengangkatmu menjadi panglima kerajaan. Aku yakin dengan keberanian dan kecerdasanmu, pasukan kita akan menjadi makin hebat," kata Raja lagi. Kelingking dan ibunya saling menatap, tak percaya pada tawaran Raja. Namun, Raja bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Kelingking dan ibunya juga dipersilakan tinggal di istana. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kelingking ingin memiliki pendamping hidup. Ia meminta ibunya untuk melamar putri raja. "Kau sudah gila? Mana mungkin Raja mengizinkan putrinya menikah denganmu? Lagi pula, Putri pasti tak mau punya suami sepertimu," seru ibunya. Kelingking pantang menyerah. Ia pun menghadap Raja dan putrinya. Ia menyatakan tekadnya untuk memperistri putri raja. "Dasar tak tahu diri! Berani sekali kau melamar putriku yang cantik ini?" teriak Raja marah. "Sekarang juga, aku cabut gelarmu sebagai panglima dan keluarlah dari istana ini! Aku tak sudi melihat wajah mu lagi!" kata Raja. Putri berusaha menenangkan ayahnya. "Ayah, jangan marah. Lagipula, aku tak keberatan menikah dengannya," kata Putri. Raja memandang putrinya dengan heran. "Kau cantik dan cerdas, kenapa mau menikah dengannya? Banyak pemuda yang lebih tampan dan gagah, anakku." "Tapi Ayah, bukankah Kelingking sudah berjasa pada kerajaan? Tanpa keberaniannya, Nenek Gergasi tentu masih hidup dan terus memangsa rakyat kita. Berkat Kelingking, kita semua selamat," sahut Putri. Raja terdiam. Dalam hati ia membenarkan perkataan putrinya. Dengan berat hati, akhirnya Raja menikahkan mereka. Pesta pernikahan digelar dengan meriah. Semua rakyat diundang dan makan sepuasnya. "Lihat, lucu sekali. Sang putri tampak cantik, sedangkan Kelingking tak kelihatan," kata seorang tamu. "Ha... ha... iya, bahkan jika kau duduk di kursi itu, Kelingking pasti mati kau duduki," kata tamu yang lain. Perkawinan itu menjadi pergunjingan para tamu. Namun Kelingking dan Putri tak peduli. Putri hidup bahagia bersama Kelingking. Namun akhir-akhir ini terjadi keanehan pada suaminya. Tiap malam ia selalu keluar istana. Ia tak pernah menemani istrinya tidur. Jika Putri bertanya, Kelingking tak pernah menjawab Suatu malam, Putri membuntuti Kelingking. Rupanya suaminya pergi ke hutan. Di hutan ada sebuah telaga. Kelingking melepas semua pakaiannya dan berendam di telaga. Baru beberapa saat berendam, tiba-tiba sesuatu terjadi. Putri nyaris berteriak melihatnya. Kelingking berubah menjadi pemuda yang gagah dan tinggi. "Astaga, kau tampan sekali dengan tubuhmu yang gagah," bisik Putri. Tak mau membuang waktu, Putri berlari mengambil pakaian Kelingking. Lalu membawanya pulang dan membakarnya sampai menjadi abu. Putri berharap, suaminya akan tetap bertubuh gagah dan tak lagi menjadi Kelingking yang mungil. Sementara itu, Kelingking kebingungan mencari pakaiannya. Dengan putus asa, ia kembali ke istana. Sesampainya di istana, Putri menyambutnya dengan gembira. "Suamiku, aku sungguh senang melihatmu seperti ini. Kau tampak tampan sekarang," kata putri sambil memeluknya. "Maafkan aku, Istriku. Sebenarnya sudah lama aku bertapa di telaga itu. Aku memohon pada Tuhan untuk mengubah tubuhku ini. Ternyata doaku dikabulkan," jawab Kelingking. "Maafkan aku juga. Akulah yang mencuri bajumu don membakarnya. Aku tak ingin kau kembali ke tubuh mungilmu." "Tak apa-apa, memang sudah saatnya kau melihatku berubah. Selama ini kau telah sabar dan setia menjadi istriku. Sekarang saatnya kau menikmati kebahagiaan," jawab Kelingking. Mereka hidup bahagia dan dikaruniai anak-anak yang lucu. Kerajaan mereka pun bertambah besar dan rakyatnya hidup makmur. Kerajaan mereka pun bertambah besar dan rakyatnya hidup makmur. Pesan moral dari Kisah Si kelingking adalah Bentuk fisik tidak menghalangi seseorang untuk meraih kesuksesan. Teruslah berusaha meskipun kau merasa memiliki kekurangan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar